Thursday, 21 April 2016

Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia

Keberhasilan bangsa Spanyol dan Portugis dalam melakukan penjelajahan samudra mendorong bangsa Eropa lainnya untuk melakukan hal yang sama yaitu melakukan penjelajahan samudra. Salah satu negara Eropa yang ingin melakukan penjelajahan samudra adalah negara Belanda. Pada tahun 1594 seorang pelaut Belanda bernama Barents berangkat dari Belanda untuk menuju daerah di Dunia Timur. Barents menempuh jalur melalui Kutub Utara. Hal ini berbeda dengan jalur yang dilalui oleh Spanyol dan Portugis. Pelayaran Barents akhirnya gagal karena kapal Barents terjebak di Pulau Nova Zembla di derah Kutub Utara.
Akhirnya, penjelajahan bangsa Belanda mengikuti jalur yang telah dilalui oleh para penjelajah Portugis dan Spanyol.  Bangsa Belanda juga meniru strategi bangsa Portugis dalam melakukan ekspedisi. Meskipun bangsa Portugis berusaha untuk merahasiakan detail-detail jalur pelayaran ke Dunia Timur, namun bangsa Belanda tetap mengetahui rute dan strategi bangsa Portugis. Bangsa Belanda dapat mengetahui rahasia perjalanan bangsa Portugis karena banyak orang Belanda yang bekerja pada kapal-kapal Portugis.
Salah satu orang Belanda yang bekerja untuk Portugis adalah Jan Huygen van Lin-schoten. Pada tahun 1595 ia menerbitkan sebuah buku yang memuat peta dan deskripsi rinci mengenai penemuan-penemuan bangsa Portugis dalam melakukan perjalanan. Buku itu berjudul Iti-nerario naer Oost ofte Portugaels Indien (Pedoman Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis). Berdasarkan buku itu, Belanda mengetahui kekayaan alam yang besar yang terdapat di Dunia Timur. Bangsa Belanda juga mengetahui persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa Portugis dalam perjalanan.
Setelah mempelajari buku tersebut, bangsa Belanda menyempurnakan perbekalan untuk penjelajahan ke Dunia Timur. Penyempurnaan yang dilakukan meliputi konstruksi kapal dan persenjataan. Dengan penyempurnaan perbekalan, bangsa Belanda yakin dapat mengalahkan bangsa Portugis yang telah sampai lebih dahulu di Dunia Timur.
Cornelis de Houtman
Pada tahun 1595 rombongan ekspedisi pertama bangsa Belanda siap berlayar ke dunia Timur. Rombongan ekspedisi yang terdiri atas 4 buah kapal dengan 249 awak kapal dan 64 pucuk meriam ini berangkat di bawah komando Cornelis de Houtman. Cornelis de Houtman pernah tinggal selama setahun di Lisabon dan mempunyai pengetahuan cukup luas mengenai kegiatan ekspedisi bangsa Portugis.
Pada tahun 1596 rombongan ekspedisi Belanda tiba di Banten. Akan tetapi, rombongan Belanda tersebut mendapat penolakan dari masyarakat dan pedagang setempat. Hal itu terjadi karena Cornelis de Houtman bersikap congkak tidak mau menghormati masyarakat setempat. Penolakan masyarakat setempat juga sebagai bentuk perilaku mempertahankan harga diri bangsa. Mereka tidak ingin kehidupan yang harmonis dan makmur berubah menjadi penderitaan karena dijajah bangsa lain.
Penolakan masyarakat Banten diperkirakan juga karena hasutan Portugis. Sejak mendarat di Banten, bangsa Belanda terlibat konflik dengan para pedagang Portugis. Oleh karena itu, bangsa Portugis berusaha menghalangi Belanda berdagang di Banten dengan cara menghasut masyarakat setempat. Akhirnya, rombongan Cornelis de Houtman diusir dari Banten dan melanjutkan pelayaran dengan menyusuri pantai utara Jawa. Pada tahun 1597 rombongan ini memutuskan untuk kembali ke Belanda dengan rombongan yang sudah tidak utuh lagi. Akan tetapi, mereka berhasil membawa banyak rempah-rempah untuuk menunjukkan keberhasilan menemukan kepulauan rempah-rempah.
Jacob van Neck
Pada tahun 1598 dengan dipimpin oleh Jacob van Neck rombongan ekspedisi Belanda mendarat lagi di Banten. Dalam pelayaran ini, Jacob van Neck dibantu oleh van Waerwijck dan van Heemskerok. Ketiga orang itu dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat Banten. Mereka lebih pandai berdiplomasi dan berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang pernah dibuat oleh rombongan sebelumnya. Mereka berusaha mengambil hati masyarakat setempat dengan memberi cendera mata berupa tempat minum dari emas murni kepada penguasa Banten. Rombongan ini lebih ramah dan menghargai masyarakat Banten sehingga mereka diterima oleh masyarakat setempat.



       Sambutan masyarakat Banten yang begitu baik semakin terlihat dengan diijinkannya Belanda mendirikan kantor dagang yang disebut loge (loji).  Izin pendirian loji ini diperoleh setelah Belanda memberikan sejumlah uang kepada penguasa Banten sebagai jaminan. Pada tahun 1602 Belanda telah membangun empat loji di wilayah Banten. Setelah menguasai Banten, Belanda melanjutkan pelayaran ke Indonesia bagian timur. Mereka berhasil mencapai Kepulauan Maluku. Di Maluku, Belanda berhasil menggeser kekuasaan Portugis. Portugis kemudian pindah ke wilayah Nusa Tenggara dan Papua.

Wednesday, 20 April 2016

Kedatangan Bangsa Inggris ke Indonesia

Francis Drake

        Setelah bangsa Portugis dan Spanyol berhasil melakukan penjelajahan samudra dan menemukan sumber rempah-rempah dari “Dunia Timur” maka bangsa Inggris juga tergiur untuk melakukan penjelajahan samudra agar dapat memperoleh rempah-rempah dalam jumlah besar dan murah. Maka bangsa Inggris pun akan melakukan penjelajahan samudra dengan meniru jejak bangsa Spanyol yaitu berlayar ke arah barat. Rombongan penjelajah Inggris pertama dipimpin oleh Francis Drake. Rombongan ini dilepas oleh Ratu Elizabeth I pada tahun 1577 dan meninggalkan Inggris menuju ke arah barat. Dalam melakukan penjelajahan samudra ini, Francis Drake dibantu oleh Thomas Cavendis. Rombongan ini berhasil tiba di Ternate pada tahun 1579. Di Ternate, mereka memborong rempah-rempah untuk dibawa ke Inggris. Rombongan Francis Drake ini berlayar menuju Inggris dengan membawa banyak rempah-rempah dan mendarat di Inggris pada tahun 1580.
   

     
     Rupanya, penjelajahan samudra yang dilakukan oleh bangsa Inggris ini membawa keuntungan melimpah. Selain mendapatkan rempah-rempah, penjelajahan bangsa Inggris ke Dunia Timur juga berhasil menanamkan pengaruhnya di wilayah Asia. Inggris juga ingin merebut wilayah Indonesia dari tangan Belanda dan Portugis. Wilayah Indonesia direncanakan oleh Inggris tidak hanya dijadikan sebagai ladang monopoli, tetapi juga dijadikan sebagai wilayah kekuasaan politik.
Kedatangan Inggris pada awal abad XVII ditujukan untuk memperluas kekuasaan politik Inggris di wilayah Asia. Kedatangan Inggris ke Indonesia saat itu bertepatan dengan adanya kekacauan yang terjadi di Jayakarta (sekarang Jakarta). Pada saat itu, Jayakarta sedang berselisih dengan Banten akibat politik adu domba yang dijalankan oleh VOC. Penguasa Jayakarta yang menyadari kelicikan VOC mengizinkan Inggris membangun gudang kayu di dekat kantor dagang VOC . Keadaan ini menyebabkan VOC geram dan segera melancarkan serangan balasan ke pusat pemerintahan Jayakarta. Penguasa Jayakarta yang waktu itu Wijayakrama meminta bantuan kepada Inggris untuk menghadapi serangan VOC.
     Pada tahun 1649 puncak perseteruan antara Jayakarta dengan VOC terjadi, sehingga meletuslah perang laut. Dalaml perang laut itu, pasukan Jayakarta mendapatkan bantuan dari tentara Inggris.  Armada pasukan Inggris terdiri dari 15 kapal laut di bawah pimpinan Sir Thomas Dale berhasil melakukan intervensi terhadap kapal-kapal laut VOC di wilayah perairan Jawa. Akhirnya peperangan itu dimenangkan oleh Jayakarta. Namun, kemenangan itu hanya berlangsung satu hari, karena pada  hari berikutnya VOC berhasil merebut Jayakarta.
       Kemudian, pada tahun 1628, Inggris berhasil menjalin kerja sama dengan Banten. Kerja sama tersebut dibuktikan dengan memberi izin kepada Inggris untuk mendirikan pangkalan dagang utama Asia Tenggara di Banten. Pembanguan benteng Inggris ini bertujuan untuk menjamin perdagangan lada dan keamanan wilayah akibat blokadi VOC di Banten.

Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia

Christophorus Columbus
   Bangsa Portugis dan Spanyol merupakan bangsa yang mempelopori penjelajahan samudra. Kedua bangsa ini berlomba mengerahkan armadanya untuk melakukan pelayaran dengan tujuan menemukan kepulauan rempah-rempah. Berbeda dengan bangsa Spanyol, penjelajahan bangsa Spanyol dilakukan ke arah barat. Pelayaran pertama bangsa Spanyol diberangkatkan pada tanggal 3 Agustus 1492. Pelayaran ini dipimpin oleh Christophorus Columbus. Pada tanggal 6 September 1492 rombongan Christophorus Columbus berhasil mencapai kepulauan Kanari di perairan sebelah barat Afrika. Setelah berhasil menyeberang Samudra Atlantik pada tanggal 12 Oktober 1492 rombongan ini tiba di Kepulauan Bahama.

Amerigo Vespuci
     
    Rombongan selanjutnya adalah pelayaran dipimpin oleh Amerigo Vespuci berhasil mencapai Amerika Selatan pada tahun 1499. Selama mendarat di Kepulauan Bahama, bangsa Spanyo mengira daerah tersebut adalah Hindia atau India yang terkenal akan rempah-rempahnya. Oleh karena itu, bangsa Spanyol menyebut penduduk lokal dengan sebutan “Indian” yang berarti orang India. Nama Amerika juga diberikan oleh bangsa Spanyol untuk daerah yang baru mereka temukan. Nama Amerika diambil dari salah satu pemimpin ekspedisi mereka, yaitu Amerigo Vespuci.



Ferdinan Magelhaens
     Keberhasilan ekspedisi Christophorus Columbus dan Amerigo Vespuci tersebut memacu semangat bangsa Spanyol untuk melakukan ekspedisi lanjutan. Ekspedisi Spanyol berikutnya dipimpin oleh Ferdinand Magellan (Ferdinan Magelhaens) dengan dibantu oleh Sebastian del Cano. Tim ekspedisi ini melanjutkan rute ekspedisi sebelumnya. Mereka berlayar ke arah barat menyeberangi Samudra Pasifik. Pada tahun 1521 tim ekspedisi Magellan berhasil mendarat di Kepulauan Massava yang selanjutnya disebut kepulauan Filipina. Akan tetapi, Ferdinand Magellan tewas dibunuh dalam pertempuran dengan penduduk lokal. Akhirnya, rombongan melanjutkan perjalanan mencari rempah-rempah di bawah pimpinan Sebastian del Cano.



Sebastian del Cano


       Rombongan Spanyol menyusuri laut ke arah selatan  melewati kepulauan Cagayan dan Mindanao. Kapal-kapal Spanyol akhirnya berhasil berlayar di Kepulauan Maluku (Tidore, Bacan, dan Jailolo) pada tahun 1521. Di Kepulauan Maluku bangsa Spanyol dan Portugis terlibat perselisihan. Kedua bangsa asing ini bersekutu dengan kerajaan setempat untuk saling mengalahkan. Spanyol bersekutu dengan Tidore, sedangkan Portugis bersekutu dengan Ternate. Persaingan ini akhirnya diselesaikan dengan Perjanjian Saragosa pada tahun 1529. Isi perjanjian Saragosa adalah sebagai berikut:
  1. Maluku menjadi daerah di bawah pengaruh Portugis
  2. Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan diri di Filipina

Tuesday, 19 April 2016

Bangsa Portugis datang ke Indonesia

Bartolomeuz Diaz
Penjelajahan bangsa Portugis didukung oleh Pangeran Henry, putra Raja Portugis. Keberhasilan Henry menggerakkan kegiatan pelayaran memberi inspirasi bagi para penjelajah Portugis untuk berlayar lebih jauh, terutama untuk menemukan kepulauan rempah-rempah. Ekspedisi pertama untuk menemukan kepulauan rempah-rempah dipimpin oleh Bartholomeus Diaz (1450 – 1500). Jalur yang ditempuh melalui pantaii barat Afrika hingga berhasil mencapai ujung selatan Afrika, yaitu Tanjung Harapan.






Vasco de Gama
Ekspedisi Portugis selanjutnya dipimpin oleh Vasco de Gama yang berangkat pada tahun 1497. Perjalanan yang dilakukan rombongan ini memutari Tanjung Harapan kemudian menyisir pantai timur Afrika dan berlabuh di Calicut (India) pada tanggal 20 Mei 1498. Ekspedisi ini berhasil membawa pulang rempah-rempah ke Portugis. Meskipun demikian, Vasco de Gama tidak berhasil menjalin hubungan baik dengan para penguasa setempat di Calicut. Keberhasilan Vasco de Gama mencapai Calicut menjadi berharga bagi Portugis.






Alfonso d’Albuqerque
Pada tahun 1509 Portugis menempatkan Alfonso d’Albuqerque sebagai wakil Portugis di India. Di bawah kepemimpinan Alfonso d’Albuquerque, Portugis berhasil menguasai bandar Goa pada tahun 1510. Selanjutnya, bandar Goa dijadikan markas besar Portugis. Setelah berhasil menguasai Goa, Portugis mulai mengincar Malaka. Untuk menguasai Malaka, Alfonso d’Albuquerque menghimpun satu armada dengan sembilan belas kapal berkekuatan 800 orang yang terdiri atas pelayar dan serdadu. Pada tanggal 10 Agustus 1511 Portugis berhasil menaklukkan Malaka dan Alfonso d’Albuquerque diangkat menjadi penguasa di Malaka.
Setelah berhasil menguasai Malaka, Alfonso d’Albuquerque mengutus tiga kapal Portugis untuk berlayar menemukan “Kepulauan Rempah-Rempah” di Indonesia Timur (Maluku). Rombongan ini dipimpin oleh Antonio de Abreau dan didampingi oleh Fransisco Serrao. Rombongan de Abreau berhasil mencapai pelabuhan Gresik di Jawa Timur, tetapi salah satu kapal mereka hilang di perairan antara Jawa dan Banda. Kapal yang dipimpin de Abreau mampu mencapai Ternate pada tahun 1512, sedangkan kapal yang dipimpin oleh Serrao hanya dapat mencapai Hitu (Ambon sebelah utara) karena kapalnya rusak diserang badai.

Kedatangan Portugis di Ternate mendapat sambuatan baik dari Sultan Ternate. Sambutan baik ini disebabkan Ternate ingin meminta bantuan Portugis untuk melawan Tidore. Pada saat bersamaan, Ternate memang sedang berseteru dengan Tidore. Sebagai imbalannya, Ternate mengizinkan Portugis melakukan monopoli perdagangan di sekitar Ternate.

Benteng Tolluko


Benteng Tolluko
Salah satu bukti kedatangan bangsa Portugis di Indonesia adalah peninggalan bangunan berupa benteng. Salah satu peninggalan benteng Portugis adalah benteng Tolluko yang terletak di Ternate. Benteng Tolluko terletak di perbatasan Dufa-Dufa dan Sangaji, Kota Ternate. Benteng Tolluko juga dikenal dengan nama benteng Hollandia atau benteng Santo Lucas. Benteng ini dibangun oleh rombongan penjelajah Portugis di bawah pimpinan Fransisco Serrao pada tahun 1512. Benteng ini dijadikan sebagai kantor dagang dan tempat pertahanan. Setelah kekuasaan Portugis di Maluku melemah, benteng Tolluko jatuh ke tangan Belanda. Selanjutnya, Belanda merenovasi dan menjadikan benteng Tolluko sebagai pusat pemetintahan dan perdagangan di Ternate.

Kedatangan Bangsa Barat di Dunia Timur

         Abad XV merupakan fase baru bagi bangsa-bangsa Barat (Eropa). Pada abad XV bangsa-bangsa Barat mengalami kemajuan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan berkembangnya pengetahuan dan didukung oleh teknologi maka bangsa-bangsa Barat memiliki keingintahuan tentang adanya "Dunia Lain" selain negara-negara di sekitarnya. Mereka yakin bahwa ada negara di belahan dunia lainnya dan ini perlu dibuktikan. Semangat keingintahuan tentang adanya negara di belahan dunia lainnya memotivasi negara-negara Barat untuk menjelajahi dunia.  Mereka yakin, tentu ada yang berbeda dari daerah-daerah lain di belahan dunia dengan negaranya sendiri (Eropa) baik dari segi peradaban maupun kekayaan alamnya.

Kapal Bangsa Barat pada Masa Penjelajahan Samudra

         Kemudian bangsa-bangsa Barat melakukan penjelajahan ke wilayah timur.  Mereka datang dengan membawa perkembangan pengetahuan dan teknologi yang telah diperoleh selama ini. Mereka menemukan bahwa ternyata negara-negara di dunia Timur memiliki kekayaan alam yang melimpah tetapi tingkat kemampuan pengelolaan terhadap kekayaan alam itu masih rendah di kalangan rakyat dunia Timur. Tingkat kemampuan dan keterampilan baik dari segi intelektual maupun teknologi menyebabkan bangsa-bangsa Barat merasa di atas angin dan berkeinginan untuk  menguasai daerah-daerah di dunia Timur itu. Bangsa Barat yang telah menemukan daerah timur nan subur tidak begitu saja singgah tetapi berniat manamkan pengaruh dan ingin menguasainya. Salah satu daerah di dunia Timur yang paling potensial dan indah adalah Indonesia.
        Tujuan utama bangsa Barat melakukan penjelajahan samudra adalah membangun jalur perdagangan baru dengan India dan Timur Jauh. Pada masa itu, dunia Timur telah dikenal sebagai sumber rempah-rempah dan barang-barang mewah lainnya. Sebelumnya, bangsa Eropa membeli rempah-rempah di Konstantinopel dan para pedagang Islam. Rempah-rempah dari Konstantinopel sangat mahal. Meskipun mahal, rempah-rempah merupakan komoditas paling mahal di Eropa. Setelah Konstantinopel jatuh ke tangan bangsa Turki Ottoman, perdagangan bangsa Eropa dengan bangsa Asia Barat terputus. Oleh karena itu, bangsa Eropa berusaha untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah lainnya di luar wilayah Asia Barat. Bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra untuk mencari rempah-rempah. Penjelajahan samudra bangsa Barat dalam mencari daerah penghasil rempah-rempah dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Berikut beberapa faktor yang memotivasi kedatangan bangsa Barat di Indonesia.

1.         Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pada masa renaisance ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan pesat. Berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan hal-hal baru. Kebangkitan kembali ilmu pengetahuan di Eropa mendorong manusia untuk mengamati dunia.
Pada masa renaisance muncul berbagai teori yang merupakan bukti perkembangan ilmu pengetahuan. Teori dari beberapa ilmuwan Barat mendorong terjadinya penjelajahan untuk membuktikan kebenaran teori-teori tersebut. Teori-teori yang muncul pada masa itu antara lain dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebagai berikut:

a.       Nocalaus Copernicus


Nicolaus Copernicus

Nicolaus Copernicus berpendapat bahwa bumi itu bulat. Teori itu disebut Heliosentris. Menurut Copernicus, jika seseorang berangkat dari sebuah titik berjalan ke arah barat, pasti akan kembali ke titik semula. Dalam bukunya berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium, Copernicus mengungkapkan bahwa bumi berputar pada porosnya, bulan mengelilingi matahari dan bumi, serta planet-planet berputar mengelilingi matahari.






      b.      Galileo Galilei

Galileo Galilei
Galileo Galilei sependapat dengan teori Heliosentris yang dikemukakan oleh Copernicus. Menurut Galileo Galilei, bentuk bumi adalah bulat dan dalam pergerakannya bumi mengitari matahari. Galileo Galilei menciptakan alat teleskop yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda angkasa. Dengan teleskop itu Galileo Galilei dapat mengamati permukaan bulan yang ternyata tidak rata.








c    Sir Isaac Newton

Sir Isaac Newton

Sir Isaac Newton menunjukkan bahwa bintang, planet dan benda-benda antariksa bergerak dengan ketepatan yang dapat diramalkan seperti gerak jam. Oleh karena itu, pikiran manusia sanggup merangkumnya menjadi beberapa persamaan sederhana.










Kemajuan tekonologi perkapalan dan astronomi semakin menambah semangat bangsa Barat untuk melakukan penjelajahan samudra menemukan dunia baru. Bangsa Barat berhasil membuat kapal-kapal besar yang mampu mengarungi samudra. Kapal-kapal telah dilengkapi dengan kompas sehingga mengurangi resiko tersesat. Kapal juga dilengkapi layar besar untuk memanfaatkan sistem angin. Sistem angin telah memudahkan pelayaran tanpa  perlu tenaga manusia untuk menggerakkan atau mendayung kapal yang begitu besar.

2.       Gold, Glory, dan Gospel
Semboyan Gold, Glory, dan Gospel mendorong bangsa Barat untuk melakukan penjelajahan samudra. Gold berarti emas yang menggambarkan kakayaan. Glory merupakan kejayaan, karena setelah kekayaan diperoleh tentu kejayaan akan tercapai. Adapun Gospel berarti penyebaran agama Nasrani (ajaran Injil).
Dalam perkembangannya, semboyan Gold mendorong munculnya paham merkantilisme di Eropa. Paham merkantilisme berkembang di Eropa sekitar abad XVI – XVIII.  Merkantilisme adalah merupakan paham yang menganggap kejayaan suatu negara diukur dari banyaknya emas yang dimiliki sebagai hasil keuntungan berdagang. Suatu negara dikatakan makmur apabila mempunyai kekayaan emas (logam mulia) yang melimpah. Oleh karena itu, bangsa-bangsa di Eropa berlomba-lomba menemukan dunia Timur yang memiliki kekayaan melimpah.
Setelah kekayaan diperoleh, tujuan selanjutnya adalah mendapatkan kekayaan, kemasyhuran, dan kemenangan. Tujuan tersebut tersirat dalam semboyan Glory. Dalam perkembangannya, Glory melahirkan imperialisme kuno. Berdasarkan imperialisme kuno, kejayaan sebuah negara dilihat dari banyaknya wilayah koloni dan jalur perdagangan yang dikuasai. Kondisi ini mendorong bangsa Barat saling mengalahkan untuk mendapatkan daerah kekuasaan.
Penjelajahan bangsa Barat juga dipengaruhi oleh semangat untuk menyebarkan ajaran injil (Gospel).  Oleh karena itu, dalam setiap perjalanannya bangsa Barat selalu diikuti oleh para misionaris. Bagi para misionaris menyebarkan ajaran Injil merupakan panggilan hidup dan merupakan tugas mulia. Wilayah koloni dimanfaatkan sebagai tempat untuk menyebarkan ajaran Injil

3.       Pencarian Rempah-rempah
Rempah-rempah merupakan komoditas perdagangan yang paling dicari di Eropa. Rempah-rempah memiliki manfaat besar bagi bangsa Barat. Pada masa itu, belum ada lemari pendingin yang dapat digunakan untuk menyimpan makanan. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mengawetkan makanan, terutama daging dengan menggunakan garam. Rempah-rempah dapat membantu mengurangi rasa asin atau untuk menutupi rasa daing yang tidak enak karena proses pengawetan dengan garam. Rempah-rempah juga digunakan bangsa Barat untuk menghangatkan tubuh saat musim dingin.
Bagi bangsa Barat, rempah-rempah merupakan masalah kebutuhan dan cita rasa. Oleh karena itu, meskipun harganya mahal, rempah-rempah tetap diburu. Harga rempah-rempah di Eropa mahal karena mengalami prose distiribusi yang panjang. Rempah-rempah dibawa oleh para pedagang Islam yang menjajakan rempah-rempah di sekitar Laut Tengah. Dari Laut Tengah rempah-rempah dibawa oleh pedagang Eropa untuk diperjualbelikan di daratan Eropa.
Setelah Konstatinopel jatuh ke tangan bangsa Turki Ottoman pada abad XV, pedagang Eropa tidak dapat berdagang di Laut Tengah. Padahal pada masa ini permintaan Eropa terhadap rempah-rempah mengalami peningkatan. Kondisi ini menjadi salah satu faktor pendorong bangsa Eropa untuk melakukan penjelajahan samudra ke dunia Timur untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah.
Rempah-rempah
Rempah-rempah yang dibutuhkan bangsa Barat sebagian besar ada di Indonesia. Rempah-rempah tersebut antara lain cengkih, pala, bunga pala, dan lada. Cengkih merupakan tanaman yang tumbuh subur di Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan. Pala dan bunga merah diperoleh dari pohon pala yang merupakan tanaman endemik Pulau Banda. Sementara itu, lada ditemukan di sebagian besar wilayah Sumatra dan Jawa. Ketiga jenis rempah-rempah ini paling banyak diburu oleh pedagang Eropa.